Menjalani Operasi Usus Buntu Pecah
Artikel kali ini berisi tentang cerita menjalani operasi usus buntu pecah sampai proses pemulihan pasca operasi. Jadi ceritanya beberapa bulan yang lalu, pada pagi hari, sehari setelah pernikahan adik perempuan, ada yang tidak beres dengan tubuh saya. Entah pagi itu saya merasakan seperti orang kena demam tapi belum parah. Saya pikir mungkin efek dari begadang malam sebelumnya.
Singkatnya, seharian saya mengalami demam tinggi. Makin lama makin menggigil. Saya ukur suhu tubuh waktu itu 39 derajat.
Saya pun minum obat pereda demam yang saya beli di warung sebelah dan istirahat sambil tiduran. Sore menjelang maghrib saya bangun malah demam semakin menjadi-jadi. Tubuh rasanya panas dingin dan sedikit-sedikit mual dan muntah.
Akhirnya adikku yang baru menikah dan suaminya mengantar ke rumah sakit daerah yang tidak jauh dari rumah. Di dalam mobil pun saya tidak berhenti muntah. Hingga tiba di ruang UGD saya diperiksa oleh perawat dan seorang dokter jaga, setelah ditanya tentang keluhan, dokter pun mengatakan kalau saya hanya kecapean dan masuk angin. Saya pun percaya saja.
Nah setelah sampai rumah dan minum obat, bukannya ada perubahan tapi malah sakitnya menjadi-jadi. Saya mengalami beberapa gejala seperti muntah berkali-kali, suhu tubuh yang semakin naik, bagian kaki terasa pegal dan sakit, apalagi bagian punggung juga merasakan pegal yang sangat parah. Bahkan saya menyuruh adik saya untuk memijat bagian punggung.
Keesokan harinya, sekitar jam 2 siang saya mengalami kejang-kejang dan muntah, keluarga membawa saya ke sebuah rumah sakit swasta, di situ akhirnya saya dirawat di UGD sambil menunggu hasil lab.
Di sini terjawab sudah kalau ternyata saya terkena usus buntu dan parahnya lagi kalau usus buntu sudah pecah. Dokter pun menyarankan untuk segera dioperasi karena kalau dibiarkan bisa berbahaya.
Setelah beberapa waktu menunggu, saya pun dipindah ke ruang operasi, di sini sebelum operasi dimulai, asisten dokter membacakan beberapa perjanjian yang saya sendiri sudah lupa. Di situ ada seorang dokter penyakit dalam, dokter bedah, asisten dokter bedah dan dua orang perawat.
Sebelum dilakukan operasi, sang dokter menyuntikan bius di bagian punggung. Jangan ditanya sakit apa engga, yang jelas amat sangat sakit rasanya.
Efek dari suntikan bius separuh bagian tubuh dari perut ke bawah seperti mati rasa dan tidak bisa digerakkan. Setelah itu dokter bertanya untuk memastikan bius sudah bekerja, "Coba bagian kaki diangkat, saya pun mencoba mengangkat sekuat tenaga tapi kaki tidak bisa digerakan, sepertinya obat bius mulai bekerja.
Kemudian operasi dilakukan, saya ingat betul saat itu bisa mendengar suara gunting bedah dan beberapa obrolan dokter saat membelah perut tepat di bawah pusar.
Saya dengar kalau rongga perut penuh dengan nanah, dan sepertinya usus buntu sudah pecah beberapa hari sebelumnya. Saya merasakan kalau ada sesuatu seperti tangan atau selang yang menyentuh rongga perut dan suara mirip selang yang menyedot kotoran berupa darah dan nanah di perut.
Hingga akhirnya hal yang saya lihat terakhir adalah monitor detak jantung, entah tiba-tiba saya seperti orang mengantuk dan akhirnya tidak sadar.
Pasca Operasi Usus Buntu Pecah
Entah lupa jam berapa saya membuka mata, yang jelas saya merasakan tubuh tidak bisa digerakkan, cuma bisa melihat ke kanan kiri.
Rupanya saya telah selesai dioperasi. Hanya ada asisten dokter bedah dan perawat di situ yang sedang ngobrol. Mereka sepertinya tahu kalau saya telah sadar. Salah seorang berkata, "Coba mas gerakan kakinya" saya pun masih tetap tidak bisa menggerakan kaki hingga satu jam kemudian baru bisa.
Setelah itu saya pun dipindahkan lagi ke ruang tempat saya dirawat, kali ini bukan hanya selang infus yang menempel di tubuh, tapi juga selang drain sebagai saluran pembuangan darah dari perut dan juga selang kateter dari saluran kencing.
Hal yang menyakitkan adalah saat efek obat bius mulai hilang, bagian perut merasakan sakit, apalagi pas keesokan harinya, sang dokter menyuruh untuk latihan menggerakan badan, dan memang saat kondisi pasca operasi usus buntu, tubuh sulit digerakan.
Jangankan bangun dari tempat tidur, putar posisi dari menghadap kiri ke kanan atau sebaliknya saat tidur saja sulit dan sakit.
Dua hari setelah itu ada pengalaman lucu tapi menyakitkan, dimana selang kateter tiba-tiba lepas. Karena keluarga tidak berani memasang, akhirnya memanggil perawat. Perawat pun bilang, "ditahan ya Mas, agak sakit ini.", benar juga saya pun sampai teriak kesakitan. Lucunya keluarga malah ketawa.
Sekitar 5 hari dirawat pasca operasi, saya hanya bisa berbaring di ranjang rumah sakit. Dokter bilang saya banyak mengalami kemajuan, cuman makanan aja yang kurang. Karena selama dirawat, makanan yang diberikan tidak pernah saya makan. Alhasil saya cuma makan biskuit dan susu.
Pemulihan Pasca Operasi Usus Buntu Pecah
Setelah 5 hari dokter memantau perkembangan kesehatan, akhirnya saya pun diperbolehkan pulang, tapi diharuskan kontrol seminggu sekali.
Nah saat kontrol saya mencoba bertanya kepada dokter apakah penyebab usus buntu itu karena sering makan sambal, ternyata bukan. Semua itu adalah mitos. Saya akan menuliskan penyebab usus buntu di artikel lain.
Dokter pun memberi beberapa informasi untuk pemulihan pasca operasi, antara lain:
- Tidak memilih-milih makanan saat proses pemulihan pasca oprasi karena semua boleh dimakan.
- Istriahat yang cukup dan hindari aktifitas berat seperti mengangkat beban
- Jangan memakai pakaian yang berbahan kasar karena dikuatirkan akan terjadi gesekan di area bekas operasi.
- Perbanyak konsumsi air putih dan buah supaya pencernaan lancar
- Untuk sementara dilarang mandi karena dikuatirkan lubang di bawah pusar bisa kemasukan air
Proses pemulihan pasca operasi ini berlangsung sekitar 3 minggu, ditandai dengan menutupnya lubang drain di bawah pusar. Nah itulah sedikit cerita saya tentang pengalaman menjalani operasi usus buntu pecah hingga proses pemulihan pasca operasi.
Post a Comment for "Menjalani Operasi Usus Buntu Pecah"